Elektabilitas Paslon 01 Menurun, APA Sebabnya?


KCHSO.id  Pemilu sudah dekat. Tinggal 27 hari lagi. Survei-survei yang mempertontonkan tingkat elektabilitas kedua paslon makin banyak bermunculan. Meski demikian, tak semuanya bisa dipercaya. Masih banyak yang meragukan keabsahan hasil survei, terutama dari pendukung 01 pada survei yang condong ke 02, atau sebaliknya.

Namun, kemarin survei Litbang Kompas rupanya mengejutkan kubu 01. Menurut survei dari media ternama yang sudah berdiri sejak 1965 itu, perbedaan elektabilitas paslon 01 dan paslon 02 hanya sedikit, yakni 11,8 persen, dengan paslon 01 49,2 persen dan paslon 2 37,4 persen, seperti dilansir Bebas Akses, laman yang berisi artikel pilihan KOMPAS, yang memiliki tajuk: 'Persaingan di Ruang yang Menyempit'. Survei ini dibagikan lewat akun Twitter resmi data KOMPAS, @KompasData, Rabu, 20 Maret 2019.
Meski KOMPAS dinilai cukup condong ke petahana, namun tentu saja, survei ini kemungkinan kecil salah. Sebab, sebagai media besar, tentu KOMPAS harus netral.

Apa sebenarnya penyebab turunnya tingkat elektabilitas paslon 01? Menurut pengamat politik, Bin Firman Tresnadi, ada dua penyebab utama turunnya elektabilitas paslon petahana tersebut.

Yang pertama, adalah terkait kinerja pada masa pemerintahannya selama 4 tahun terakhir ini. Banyak masyarakat yang menganggap Jokowi telah gagal dalam membuat kebijakan-kebijakan di bidang ekonomi dan hukum.

"Salah satunya kriminalisasi terhadap para pengkritiknya. Infrastruktur yang menjadi andalan dalam pembangunan Jokowi dianggap rakyat tak juga mendorong bangkitnya ekonomi, yang ada justru rakyat semakin terpinggirkan," katanya pada redaksi RMOL, Kamis 21 Maret 2019.

Yang kedua, adalah pencitraan (gimmick) politik yang sejak masa Pilpres tahun 2014 menjadi andalan suami Iriana itu, kini sudah tidak laku lagi.

"Rakyat sadar 'gimmick Jokowi', Jokowi merakyat, Jokowi orang baik, dan sebagainya tidak mampu merubah nasib rakyat menjadi lebih baik di tengah himpitan ekonomi yang semakin berat," tutup Bin Firman.

Pun juga seperti dilansir banyak media lainnya, Jokowi terbukti melanggar janji-janji kampanyenya tahun 2014 lalu dan terindikasi menjatuhkan dan atau menghalangi gerak tokoh-tokoh oposisi.

Contohnya yakni:
▸ menganggurnya para pasca-sarjana namun malah membawa TKA ke Indonesia,
▸ proyek mobil Esemka yang bahkan tidak pernah kelihatan batang hidungnya,
▸ adanya kriminalisasi ulama,
▸ penolakan Neno Warisman di bandara Batam,
▸ batalnya acara temu Rocky Gerung di banyak tempat,
▸ pembekuan akun Facebook Letjen Purn J.S. Prabowo tanpa alasan yang jelas,
▸ penyebaran hoax oleh media besar seperti KOMPAS, CNN, dan Detik,

dan masih banyak lagi.

(*)

Komentar

Postingan Populer